Suara Orang Tua yang Masih Mengatur Pola Uang Kita
Aug 16, 2025
Suara yang Tak Hilang
Pernah nggak sih kamu lagi ambil keputusan soal uang mau dipakai, mau ditabung, mau ditolak permintaan orang lain tapi tiba-tiba di kepalamu muncul suara ibu atau ayah?
“Uang jangan lama-lama dipegang, nanti habis.”
“Atau, kalau kamu punya lebih, jangan pelit kasih ke orang lain.”
Awalnya kita kira itu cuma nasihat biasa. Tapi ternyata, suara-suara itu jadi seperti software di kepala kita.
Kita ulangi polanya tanpa sadar. Begitu uang masuk, entah kenapa langsung keluar lagi.
Apa Itu Money Wound?
Money wound adalah luka batin terkait uang yang terbentuk sejak kecil.
Biasanya berasal dari kalimat, sikap, atau pola orang tua tentang uang yang kita serap tanpa filter.
Contohnya:
-
Kalau orang tua sering bilang “uang itu sumber masalah,” kita bisa tumbuh takut punya banyak uang.
-
Kalau orang tua sering ribut soal uang, kita bisa tumbuh dengan asosiasi: uang = konflik.
-
Kalau ibu selalu bilang “jangan pelit, kasih aja,” kita bisa tumbuh dengan rasa bersalah saat menolak memberi.
Efek Money Wound di Kehidupan Dewasa
Kalau luka ini nggak disadari, pola yang muncul biasanya:
-
Uang masuk → cepat keluar.
Rasanya kayak nggak bisa menahan, selalu ada aja alasan uang pergi. -
Guilt saat menabung atau menolak.
Baru simpan uang sedikit, langsung muncul suara: “Kamu egois. Kamu harus berbagi.” -
Sulit merasa aman secara finansial.
Meski penghasilan cukup, hati tetap cemas. Kayak ada lubang yang nggak pernah penuh. -
Boncos relasi dengan uang.
Kita kerja keras, tapi hasilnya nggak pernah bertahan lama.
Mother Wound & Father Wound dalam Pola Uang
Money wound sering jadi cabang dari mother wound dan father wound.
-
Mother wound:
Membawa suara soal cinta dan memberi.
Contoh: “Kalau kamu nolak, berarti kamu anak nggak baik.”
→ Pola: uang habis untuk menyenangkan orang lain. -
Father wound:
Membawa suara soal arah dan rasa aman.
Contoh: “Kamu nggak bisa dipercaya dengan uang.”
→ Pola: selalu ragu, takut salah kelola, nggak percaya diri soal finansial.
Kalau keduanya hadir? Kita bisa jadi: gampang merasa bersalah, insecure, dan akhirnya boncos.
Jalan Keluarnya Menulis Aturan Baru
Kabar baiknya: pola ini bisa diputus.
Caranya bukan dengan marah ke orang tua, tapi dengan sadar bahwa:
“Suara ini bukan milikku. Aku berhak bikin aturan baru.”
Langkah praktis:
-
Sadari suara. Catat kalimat soal uang yang masih sering muncul di kepalamu.
-
Tanya asalnya. Suara ini milik siapa? Ibu? Ayah? Lingkungan?
-
Pisahkan identitas. Ingat: itu warisan, bukan identitasmu.
-
Bikin aturan baru. Tulis kalimat baru, misalnya:
-
“Aku boleh simpan uangku tanpa rasa bersalah.”
-
“Aku berhak aman secara finansial.”
-
“Aku memberi dari cinta, bukan dari luka.”
-
Journaling Prompts – Latihan Kecil
Coba luangkan 10 menit hari ini untuk menulis:
-
Apa suara soal uang yang paling sering muncul di kepalamu?
-
Suara itu milik siapa? (Ibu, ayah, nenek, lingkungan?)
-
Apa dampaknya ke pola uangmu sekarang?
-
Kalau kamu boleh bikin aturan baru, kalimat apa yang mau kamu pilih?
Money wound bukan tanda bahwa kamu rusak.
Itu hanya warisan tak kasat mata yang kita serap sejak kecil.
Kamu nggak salah, kamu nggak egois. Kamu cuma sedang belajar menata ulang aturan lama dan menciptakan aturan baru yang lebih sehat.
Dan setiap kali kamu berani berkata “ini bukan milikku”, kamu sedang mengambil kembali kuasa atas hidup dan rezekimu.