Kenapa Ada Orang Sulit Menerima Kritik? Konsep “Everyone Is You Pushed Out”
Dec 20, 2024Pernah melihat seseorang yang langsung defensif atau bahkan menyerang balik saat menerima kritik? Reaksi seperti ini seringkali membuat kita bertanya-tanya: apa yang sebenarnya terjadi di balik perilaku tersebut? Ternyata, pola seperti ini sering berakar dari luka masa kecil (inner child wounds) atau gaya keterikatan (attachment style) yang terbentuk sejak dini.
Menurut Carl Jung, luka yang tidak disembuhkan akan terus memengaruhi perilaku seseorang di masa kini. Jung menyebutnya sebagai "bayangan" (shadow self), yaitu bagian tersembunyi dari diri yang belum dipahami atau diterima. Selain itu, Neville Goddard memperkenalkan konsep “Everyone Is You Pushed Out,” yang menjelaskan bahwa apa yang kita alami di luar adalah refleksi dari apa yang ada di dalam diri kita. Artikel ini akan membahas bagaimana luka batin, pola keterikatan, dan perspektif Goddard tentang realitas membentuk reaksi seseorang terhadap kritik.
1. Luka Inner Child: Akar dari Reaksi Defensif
Luka inner child adalah pengalaman emosional yang menyakitkan dari masa kecil, seperti merasa tidak cukup baik, ditolak, atau diabaikan. Luka ini sering tersimpan di bawah sadar dan muncul sebagai reaksi emosional berlebihan ketika seseorang merasa "diserang," seperti saat menerima kritik.
Contoh Luka Inner Child yang Mempengaruhi Reaksi:
- Luka Penolakan: Seseorang yang sering merasa ditolak akan sangat sensitif terhadap kritik, karena kritik terasa seperti ancaman terhadap keberhargaan diri.
- Luka Ketidaklayakan: Jika tumbuh dengan keyakinan bahwa dirinya tidak cukup baik, kritik dapat memicu rasa malu yang mendalam. Akibatnya, reaksi defensif atau menyerang balik sering muncul untuk melindungi harga diri.
- Luka Pengabaian: Mereka yang merasa diabaikan semasa kecil cenderung mencari perhatian di masa dewasa. Ketika menerima kritik, ada rasa bahwa mereka gagal mendapatkan perhatian positif, sehingga muncul respons defensif.
2. Pola Attachment 👉🏽Bagaimana Hubungan Awal Membentuk Perilaku
John Bowlby, pencetus teori attachment, menjelaskan bahwa hubungan dengan pengasuh utama di masa kecil memengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan orang lain di masa dewasa. Pola ini juga berpengaruh pada cara seseorang menghadapi kritik.
Jenis Pola Attachment yang Berpengaruh:
- Attachment Cemas: Mereka yang cemas sering mencari validasi eksternal. Kritik terasa seperti ancaman terhadap hubungan, sehingga reaksi berlebihan seperti menangis atau menyerang balik sering terjadi.
- Attachment Menghindar: Pola ini membuat seseorang cenderung menutup diri dari emosi negatif. Kritik dianggap sebagai sesuatu yang tidak penting, dan responsnya adalah mengabaikan atau menyalahkan orang lain.
- Attachment Campuran: Kombinasi pola cemas dan menghindar, membuat seseorang bereaksi tidak terduga—kadang menyerang, kadang menghindar—tergantung tingkat stresnya.
3. “Everyone Is You Pushed Out”👉🏽 Ketika Dunia Eksternal Mencerminkan Diri
Konsep Neville Goddard “Everyone Is You Pushed Out” menyatakan bahwa setiap pengalaman eksternal adalah refleksi dari pikiran, perasaan, dan keyakinan dalam diri kita. Ketika sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi, seperti kritik, ini adalah cerminan dari luka atau ketidaknyamanan yang belum terselesaikan di dalam diri.
Kenapa Konsep Ini Sulit Diterima?
- Lebih mudah untuk menyalahkan orang lain atau situasi eksternal daripada melakukan introspeksi diri.
- Melihat kritik sebagai cerminan diri membutuhkan keberanian untuk menerima kelemahan dan rasa sakit yang kita sembunyikan.
- Banyak orang merasa lebih aman dalam posisi "korban" daripada mengambil tanggung jawab atas emosi mereka sendiri.
Misalnya, jika seseorang merasa sering "diserang" oleh orang lain, ini mungkin menunjukkan ketidakamanan atau rasa takut dalam dirinya yang belum dihadapi.
4. Victim Mentality 👉🏽 Pola Bertahan yang Tidak Sehat
Mentalitas korban (victim mentality) adalah pola pikir di mana seseorang merasa dirinya selalu menjadi korban. Pola ini sering terbentuk dari rasa tidak aman di masa kecil atau hubungan yang tidak sehat dengan pengasuh utama.
Ciri-Ciri Victim Mentality:
- Melihat kritik sebagai serangan, bukan masukan.
- Selalu menyalahkan orang lain atas situasi yang tidak menyenangkan.
- Menggunakan narasi "aku diserang" untuk mendapatkan perhatian atau simpati.
Orang dengan mentalitas ini sering kali merasa dunia tidak adil, sehingga kritik sekecil apa pun dianggap sebagai pembenaran untuk bertahan dalam posisi korban. Mereka cenderung menolak introspeksi karena terlalu menyakitkan untuk menghadapi bayangan diri.
5. Mengapa Lebih Mudah Menunjuk Jari ke Orang Lain?
Ada beberapa alasan mengapa banyak orang lebih mudah menyebut kritik sebagai "toxic" atau "serangan" daripada melihat ke dalam diri:
- Mekanisme Pertahanan Ego: Menurut Freud, ego sering melindungi diri dari rasa sakit dengan menyalahkan pihak eksternal.
- Ketakutan pada Vulnerabilitas: Mengakui bahwa kritik benar berarti membuka diri terhadap kelemahan, yang bisa terasa sangat menakutkan.
- Kenyamanan dalam Kebiasaan Lama: Proyeksi dan menyalahkan orang lain adalah pola yang sudah dikenal dan terasa aman. Mengubah pola ini membutuhkan usaha besar dan keberanian.
6. Bagaimana Menyembuhkan Luka dan Menerima Kritik dengan Sehat?
Mengatasi reaksi defensif terhadap kritik membutuhkan kesadaran dan niat untuk berubah. Berikut langkah-langkah yang bisa diambil:
- Refleksi Diri: Ketika merasa terganggu oleh kritik, tanyakan pada diri sendiri: Apa yang sedang dicerminkan oleh situasi ini tentang diriku?
- Latihan Self-Compassion: Belajar menerima bahwa semua orang, termasuk dirimu, memiliki kekurangan dan sedang belajar.
- Sadari Pola Attachment: Identifikasi apakah kamu lebih cenderung cemas, menghindar, atau campuran, dan mulai perbaiki pola ini dengan membangun hubungan yang lebih sehat.
- Journaling dan Inner Child Work: Tuliskan perasaan yang muncul saat dikritik, dan coba pahami luka masa kecil yang mungkin terpicu.
- Praktikkan Konsep “Everyone Is You Pushed Out”: Lihat setiap situasi eksternal sebagai cerminan dari keyakinan internalmu. Ini bukan untuk menyalahkan diri, tapi untuk belajar dan bertumbuh.
Perilaku defensif terhadap kritik sering kali berasal dari luka masa lalu, pola keterikatan, atau keyakinan yang belum disadari. Dengan memahami konsep seperti inner child, attachment style, dan “Everyone Is You Pushed Out,” kita dapat melihat kritik sebagai peluang untuk refleksi dan pertumbuhan, bukan ancaman. Ok my love have a good day, dan hari ini mulai diterapkan pelan-pelan prinsipnya pak Neville ya....